Rabu, 12 September 2012

Jenis-jenis Penyakit Pada Ternak Sapi Potong


               Jenis-jenis Penyakit Pada Ternak Sapi Potong serta Gejalanya
1.      Penyakit antraks
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala:
-          demam tinggi, badan lemah dan gemetar;
-          gangguan pernafasan;
-          pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul;
-          kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina;
-          kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
2.      Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)
Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
Gejala:
-          rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening;
-          demam atau panas, suhu badan menurun drastis;
-          nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali;
-          air liur keluar berlebihan.
Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
3.      Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
Gejala:
-          kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan;
-          leher, anus, dan vulva membengkak;
-          paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua;
-          demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
4.       Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejala:
-          mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh;
-          kulit kuku mengelupas;
-          tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit;
-          sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
5.      Kembung (Bloat)
Penyebab:
Disebabkan karena akumulasi gas yang berlebihan di dalam rumen. Gas tersebut berasal dari fermentasi mikrobia rumen terhadap pakan yang masuk. Gas ini merupakan hasil samping dari fermentasi pakan kasar (hijauan) dengan hasil utama berupa asam asetat. Sebagian besar gas tersebut yaitu berupa CO2 dan CH4 (metan). Gas-gas ini apabila tidak sempat dikeluarkan dari tubuh melalui anus maupun sendawa dapat terakumulasi di dalam rumen. Biasanya bloat ringan dapat sembuh dengan sendirinya. Namun bila kejadian berlanjut dan tidak ditangani dengan baik, akumulasi gas ini akan membentuk busa/buih yang akan membuat sapi semakin sulit untuk mengeluarkannya. Bila pengobatan terlambat penyakit ini dapat menyebabkan kematian ternak.
Makanan merupakan faktor terbesar pemicu bloat. Rumput yang dipotong pada pagi hari yang masih banyak mengandung embun sebaiknya dilayukan terlebih dahulu. Jenis leguminosae (kacang-kacangan) tertentu yang mengandung protein tinggi diduga dapat memicu penyakit ini bila diberikan dalam jumlah banyak. Ternak sebaiknya jangan digembalakan sebelum matahari terbit karena rumput masih berembun.
Pengendalian:
Bila kondisi ternak sudah parah (tidak mampu berdiri) sementara dokter hewan belum datang, kita dapat melepaskan tekanan gas dengan cara paksa, yaitu dengan melubangi dinding perut sapi (bagian rumen atas). Alat yang digunakan yaitu trokar (semacam penusuk). Bila trokar tidak tersedia dapat memakai alat lain yang tajam seperti jarum besar atau paku. Setelah ditusukkan paku jangan langsung dicabut namun diputar miring sehingga gas bisa keluar. Namun tindakan ini sebaiknya dipandang sebagai langkah terakhir Karena bila terjadi kesalahan dapat merobek rumen. Apabila ini terjadi maka dokter hewan harus melakukan jahitan dan memberikan antibiotic untuk menghindari infeksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar